The Memory of Us
Annie Annisa
Audy
akan belajar merelakan. Sama seperti sang kakak. Melepaskan dia pergi
dengan yang lain. Membiarkan orang lain memiliki kesempatan untuk
mendekatinya. Sebab dia berhak bahagia, meski sebenarnya Audy tidak
pernah setuju dengan keputusan itu. Namun setidaknya keberanian gadis
itu memberikan ruang untuk orang lain agar memilikinya. Joey berhak
untuk bahagia. Meski alasannya bahagia bukanlah dia.
Setelah mengatakan itu Audy berbalik dan berjalan dengan cepat meninggalkan mereka semua. Joey mengejar namun tak dihiraukan.
Audy menuju lift, memencetnya tidak sabaran, menggeram kesal saat lift tak kunjung terbuka. Memutuskan melewati tangga, tak hirau di belakangnya Joey terus mengejar dan memanggil-manggil namanya.
Audy menuruni anak tangga dengan sangat cepat, semakin cepat, semakin cepat.
Joey menangkap lengan Audy, napasnya terengah-engah. Audy mengelak, menghentak cekalan Joey pada lengannya. Bersamaan dengan itu tubuhnya oleng dan jatuh terguling-guling.
"Audyyyyyyy!"
Gelap, gelap, gelap, semuanya gelap, Audy mengukir senyuman manis, matanya terpejam perlahan.
Joey berlari, merengkuh Audy yang tergeletak di lantai, darah di mana-mana membasahi kemejanya putihnya. Ditepuknya pipi Audy pelan "buka matamu, jangan pergi, maafkan aku."
"Jangan pergi...."
Audy mengerjap, sisa-sisa kesadarannya semakin menipis.
"Aku ti-dak ke mana-mana," ucap Audy lemah.
"Aku ada di hatimu, kan?"
Setelah mengatakan itu Audy berbalik dan berjalan dengan cepat meninggalkan mereka semua. Joey mengejar namun tak dihiraukan.
Audy menuju lift, memencetnya tidak sabaran, menggeram kesal saat lift tak kunjung terbuka. Memutuskan melewati tangga, tak hirau di belakangnya Joey terus mengejar dan memanggil-manggil namanya.
Audy menuruni anak tangga dengan sangat cepat, semakin cepat, semakin cepat.
Joey menangkap lengan Audy, napasnya terengah-engah. Audy mengelak, menghentak cekalan Joey pada lengannya. Bersamaan dengan itu tubuhnya oleng dan jatuh terguling-guling.
"Audyyyyyyy!"
Gelap, gelap, gelap, semuanya gelap, Audy mengukir senyuman manis, matanya terpejam perlahan.
Joey berlari, merengkuh Audy yang tergeletak di lantai, darah di mana-mana membasahi kemejanya putihnya. Ditepuknya pipi Audy pelan "buka matamu, jangan pergi, maafkan aku."
"Jangan pergi...."
Audy mengerjap, sisa-sisa kesadarannya semakin menipis.
"Aku ti-dak ke mana-mana," ucap Audy lemah.
"Aku ada di hatimu, kan?"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar