Dalam agama Islam, mencari ilmu merupakan salah satu kewajiban bagi
setiap muslim. Maka dari itu, manusia diharuskan untuk mencari ilmu
sebanyak – banyaknya, sepanjang hidup dan hayatnya supaya menghilangkan
kebodohan tentunya dan mampu bermanfaat bagi manusia lain. Namun, pada praktek pencarian ilmu maupun pengamalannya banyak
diantara kita (manusia) yang sering lupa atau tidak bisa mengambil ilmu
dari apa yang kita pelajari.
Seperti contoh, Zaid sedang mengikuti pengajian di masjid selama
hampir 2 jam. Selama pengajian, Zaid tidak membawa alat tulis atau suatu
alat untuk mencatat ilmu yang ia dapat dari pengajian. Ditambah lagi ia
juga sering ngantuk -ngantuk di tengah pengajian. Belum lagi nanti ada
beberapa kejadian setelah pengajian selesai yang bisa menghilangkan
memori Zaid dari pengajian tadi.
Nah, setelah Zaid pulang ke rumah, seumpama ia ditanya sama keluarganya. “Pengajiannya tadi ngomongin apa?”. Zaid dengan entengnya ngomong “Tauk ahh,, ngantuk banget aku…” kata Zaid.
Itulah salah satu dari sekian contoh dimana kita tidak dapat
mendapatkan salah satu faedah atau manfaat dari ilmu. Maka dari itu,
banyak para ulama’ yang menganjurkan kita untuk menulis atau mencatat.
Tidak hanya para ulama’, guru – guru kita di kelas juga menyuruh kita
untuk menulis. Menulis apa? ya, menulis ilmu yang disampaikan oleh guru
kita, menulis ilmu – ilmu yang kita dapatkan dari siapapun saja. Bisa
dari orang yang baru kita kenal, dari teman kita, bahkan dari musuh
kita.
Tujuan menulis atau mencatat di sini yaitu, supaya kita tidak
melupakan ilmu – ilmu yang telah kita dapat. Dengan menulis kita bisa
mendapatkan harta berharga yang berupa ilmu kita. Kita sebagai manusia
pasti tau lah sifat dasar manusia. Apa itu? Yap, manusia merupakan
tempatnya salah dan lupa. Jadi dalam mencari ilmu kita tidak cukup hanya
mengandalkan ingatan saja.
Banyak para ulama’ – ulama’ besar yang mencontohkan untuk selalu
mencatat ilmu yang kita dapat. Mereka selalu membawa buku kecil di
setiap perjalanan dan aktifitasnya. Supaya, nanti kalau ada ilmu baru
yang didapat bisa langsung ditulis di buku itu.
Kalau menurut kitab Ta’limul Muta’alim, mencatat atau
menulis merupakan salah satu cara untuk mendapatkan manfaat dari ilmu.
Dalam kitab ini juga ada sebuah cerita tentang pentingnya menulis.
Sebuah cerita dari Zainul Islam, seorang guru dan sastrawan terkenal.
Beliau menceritakan seorang sahabat pada zaman Nabi Muhammad S.A.W yang
bernama Hilal bin Yasar. Pada suatu ketika, Hilal melihat Nabi mengajar
para sahabat. Lalu, Hilal menghampiri Nabi dan berkata,
“Ya Rasul, ulangilah ilmu yang telah engkau sampaikan kepada para sahabat tadi,” kata Hilal kepada Rasul.
Menanggapi permintaan dari Hilal tadi, Rasul lantas tidak langsung menjawabnya. Rasul bertanya dulu kepada Hilal.
“Hilal, apakah kamu membawa tempat tinta (tinta buat menulis) ??”, Tanya Rasul kepada Hilal.
Hilal yang tidak mengerti maksud pertanyaan Rasul menjawab, “Tidak Ya Rasul, saya tidak membawa tempat tinta”.
Lalu, Rasul berkata “Hilal, janganlah engkau berpisah dengan
tempat tintamu. Karena sesungguhnya, tempat tinta ini akan membawa
kebaikan kepadamu hingga hari kiamat nanti”.
Dari cerita ini dapat diambil kesimpulan bahwa menulis itu sangat
penting sekali. Rasululloh menyuruh sahabat Hilal untuk selalu membawa
tempat tintanya agar dia bisa mencatat ilmu – ilmu yang ia dapatkan.
Sehingga ilmunya bisa bermanfaat dan tidak akan pernah terlupakan.
Baca juga :
TIPS: Asyik, Cara Cepat Ajarkan Anak Membaca!
TIPS: Asyik, Cara Cepat Ajarkan Anak Membaca!
Sumber : http://imamherlambang.com/mencatat.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar