Pernahkah ada di antara kalian, usai membaca sebuah artikel lalu bertanya ‘kok bisa ya nulis artikel seperti ini?’. Atau: artikelnya bagus banget, bikin iri deh..
Atau perasaan lainnya yang justru membuatmu semakin minder karena
sejauh ini rasanya belum tampak ke permukaan tanda-tanda bakat menulis
yang terpendam. Eits, tunggu dulu, menulis bukan soal bakat bro and sist! Menulis adalah ketrampilan dinamis yang kudu dilatih tiap hari, tiap waktu.
Mereka yang kamu anggap tulisannya bagus, membuat hujan turun di sudut gelap matamu (meminjam istilah Sheila On 7), termehek-mehek, atau bikin gerimis hatimu (duileh),
percayalah, dulu juga seperti kamu. Mereka, para penulis kondang yang
biasa memacak artikelnya via media apapun, juga terseok-seok saat
memulai kariernya di dunia persilatan mengeja kata.
Yang membedakan hanyalah, mereka memiliki stok ketabahan untuk
belajar menulis tandas tanpa henti. Tak usah peduli omongan orang lain,
mereka terus saja menulis, menulis dan menulis. Namun, tetap saja
menulis tak semudah membalikkan telapak tangan. Pula, kalau mau jujur,
tak sesulit memindah gunung. Ia bisa dipelajari.
Untukmu yang sedang gelisah — entah masalah gebetan,
galaknya calon mertua, ketidakpastian hidup, gagal paham kebijakan
pemerintah, terlilit utang, kuliah yang tak kunjung berlabuh di ajang
wisuda, atau pelbagai masalah lainnya, berikut ada 7 (tujuh) langkah
menulis agar aktivitas ini menjadi mudah.
1. Gali ide sebanyak-sebanyaknya.
Ide apa ya hari ini? via http://mgi-nanospray.com
Konon
menurut sebuah penelitian, tiap hari manusia dianugerahi lebih dari
1.000 ide. Dan yang dimanfaatkan tak lebih hanya 1 persen. Apa??!! Yah,
hanya 10 ide yang kita wujudkan tiap hari, itu pun kalau mau. See? Sebenarnya kita masih punya kesempatan untuk mengeksplorasi ide yang datang dan pergi begitu saja.
Lalu darimana ide menulis paling ideal? Membaca. Baca apa saja: surat kabar, majalah, tabloid, siaran televisi, radio, running text,
fenomena alam, perilaku politisi, aura wajah dosen, nasihat ayahmu, dan
semua-muanya. Pokoknya banyak. Dari sana nanti niscaya kamu akan
peroleh ide. Ide yang sayang untuk kamu lewatkan.
Prinsip pertama yang mesti kita pegang: “If you want to be a writer, you must do two things above all others: read a lot and write a lot”.
Udah, syaratnya cuma dua ini, nggak perlu pakai fotokopi KTP kok..
2. Kemana-mana bawa blocknote, ballpoint, atau apalah-apalah lainnya.
Catat berbagai ide menulis yang datang via http://anza-123.wordpress.com
Tuan-puan yang kami hormati, ide itu mahal harganya. Bisa saja pas kita antre kamar mandi (ceileh anak kos banget) mendadak kita dapat ide. Nungguin busway,
jemputan pacar, atau cucian kering, kita mendapat ide yang melintas di
kepala. Catat saja, jangan sampai melintas sia-sia. Garis besarnya saja.
Maka, itulah gunanya kertas yang wajib dibawa kemanapun kamu pergi.
Bawa saja notes kecil. Lagipula hampir semuanya kini menenteng smartphone. Tulis saja di note, atau di pesan. Kini tak ada lagi alasan kamu lupa mencatat ide.
3. Buatlah outline tulisan yang kamu inginkan.
Outline akan mempermudah via http://maschun.blogdetik.com
Outline ini
gunanya untuk mempermudah kamu mengembangkan tulisan. Setelah
garis-garis besar haluan ide menulis telah kamu catat, kini saatnya
memindahkan ke laptop. Tulis saja ide tadi. Lalu kamu kembangkan, kamu kaitkan hal apa sajakah yang mesti kamu tulis.
Misalnya saja kamu ingin menulis artikel kuliner khas kota A. Yaudah,
kamu tinggal inventarisir saja macam-macam kulinernya. Tulis daftar
kuliner tadi sebanyak-banyaknya. Nanti tinggal diseleksi, kuliner mana
yang ingin kamu tunjukkan kepada dunia. Tak usah banyak-banyak, biar
bisa detail dan mendalam.
Kamu paparkan mulai dari (ini hanya contoh): nama kuliner, alamat,
rute dan jarak dari pusat kota, rasanya, sensasi yang didapat setelah
menikmati, sejak kapan kuliner itu berdiri, jadwal buka-tutup penjaja
kuliner, dan harga. Atau boleh ditambah jumlah karyawan, luas bangunan,
dan SHM milik sendiri atau tidak (tiga yang disebut terakhir murni ngaco bos…hehe).
Kalau ingin menulis tentang gundah-gulananya menghadapi calon mertua?
Gampang, tulis saja perasaanmu sekarang seperti apa: deg-degan, nervous, kecewa, benci, marah, atau mulai pasrah karena merasa sudah suratan takdir dan sejarah? Tulis saja.
Baca juga :
Lalu beri alasan kenapa perasaan seperti itu dominan merasuki kalbu.
Kira-kira penyebabnya apa? Tulis saja. Tak berhenti di situ, kamu segera
beranjak ke usaha yang kamu lakukan agar perasaan seperti itu tak
muncul lagi: bisa membuka audisi calon mertua hebat, meningkatkan
kualitas diri, mendekatkan kepada Ilahi, atau menangis tujuh malam-tujuh
hari.
Minimal, dengan menulis kamu akan merasa terobati. Percayalah!
4. Tulislah yang paling dekat denganmu.
Jangan bingung, tulis yang paling dekat denganmu via http://cara-ririn.com
Kalau
kamu suka naik gunung, tulislah tips dan trik naik gunung yang aman,
selamat dan sentausa. Kalau kamu suka memasak, buat saja aneka resep
masakan yang belum pernah ada di muka bumi ini. Suka patah hati? Tulis
saja warna hati yang telah runyam. Tak mengapa.
Seorang guru, misalnya, tentu akan mudah menulis yang tak jauh-jauh
darinya: dunia mengajar. Karena melihat tingkah polos murid adalah
melihat bangsa di masa yang akan datang (wah, kayak sambutan Mendikbud nih).
Baca juga : TIPS: Asyik, Cara Cepat Ajarkan Anak Membaca!
Baca juga : TIPS: Asyik, Cara Cepat Ajarkan Anak Membaca!
Bagi yang suka utak-atik barang elektronik, apalagi yang berani
bongkar tak terima pasang, tulis saja beberapa langkah memperbaiki laptop atau rice cooker
atau mesin pompa air, misalnya. Tak perlu menulis bidang yang tak kamu
kuasai. Apa ya tega kita meminta anak teknik untuk menulis kondisi
fiskal dan moneter dalam negeri setelah laju inflasi tak terkendali di
saat harga kebutuhan pokok meroket tak terkendali jelang Ramadhan tahun
ini? (waduh, ngomong apa ini….)
5. Tuangkan saja, sebanyaknya. Ladies, revisi itu nanti, setelah tulisan jadi.
Revisi itu beda jauh dengan menulis. Ingat! via http://gadgetteaser.com
Satu hal yang tidak boleh kamu lakukan: membuang tulisan. Atau bergegas memencet tombol CTRL+A lalu DEL di keyboard-mu saat baru memulai menulis. Salah ketik biarin aja. Terasa gak nyambung, cuek aja. Ingat ya, pekerjaan menulis berbeda dengan mengedit atawa merevisi.
Tulis dulu. Tuangkan dulu. Tumpahkan semuanya. Sejadinya. Setelah
tulisan dirasa cukup, baru kita pelototi dari awal hingga akhir.
Kira-kira ada nggak bagian yang mesti dipotong, atau diganti yang awal
untuk akhir, atau ditambah data dan keterangan biar makin jos, atau
malah diganti dengan ilustrasi tulisan, atau kalau kurang manis ya ditambah gula (duh, ini penulis dari tadi malah ngaco ya..hehe).
6. Kenalilah medan perang: mau dikirim kemana tulisanmu?
Ingat petuah Suhu Sun Tzu ya via http://geniusquotes.org
Juru taktik perang Sun Tzu memiliki petuah:
Kenalilah musuhmu, niscaya separo kemenangan sudah di tanganmu.
Oke kita praktikkan dalam menulis. Tentu saja media yang akan kita
kirimi tulisan bukan musuh kita. Namun, kita harus ingat: di sana adalah
palagan ‘peperangan’. Banyak penulis ingin muncul melalui media yang
sama dengan kita. Strategi yang kita tempuh, gunakan bahasa sesuai media
yang kita tuju. Buatlah tulisan yang senafas dengan media tadi.
Tak mungkin lah ya, kita nulis artikel via www.hipwee.com dengan tulisan ilmiah, kaku, dingin semacam skripsi? Kan sudah tertulis: redaksi hipwee bukan dosen pembimbing skripsi (lho apa hubungannya? Hehe). Yang kudu
kamu ingat, banyak media merindukan tulisan-tulisan khas jurnalistik:
susunan kalimat yang pendek-pendek, singkat, padat, informatif, jelas (please…jangan ditambahi rapi dan wangi ya nanti ndak jadi laundry).
Caranya mudah: sering-seringlah baca berita mass media. Nanti akan
terbiasa untuk menulis singkat-singkat saja. Jangan satu paragraf satu
kalimat, nanti pembaca langsung pingsan! Celakanya lagi kalau perlu
nafas bantuan…
7. Tunggu apalagi, segera kirim!
Selamat, dimuat dan kamu hebat! via http://edukasi.kompasiana.com
Jangan
sampai setelah tulisanmu jadi, sudah sesuai kisah haru-biru perjalanan
hidupmu, sudah sesuai dengan minat-bakat-kemampuan-dan keadaanmu, sudah
kamu permak dengan bahasa jurnalistik, sudah kamu pastikan tak ada satu
pun huruf yang salah ketik, dan nahasnya kamu malah enggan
mengirimkannya ke media.
Apa salahnya mencoba mengirim saat ini juga? Iya kalau dimuat, kalau tidak kan malu?
Mungkin ini jeritan suara hatimu. Tenang, andai tidak dimuat, yang tahu
hanya tiga pihak: kamu yang bikin, redaksi yang baca, dan Tuhan. Kalau
dimuat? Wah, teman sekampus bisa geger.
Baca juga :Lebih dari itu, tulisan adalah investasi dunia-akhirat. Tulisan yang kamu buat, jika berhasil dimuat, akan dibaca orang lain.Syukur-syukur mampu memotivasi orang lain untuk berbuat baik. Wah, pahalanya gede banget tuh… Apakah kamu ingin mencoba menulis? Kalau aku sih yes…
Cara mudah menjaga ide menulis tetap tersedia
Membaca, Kenapa Takut!
Peran Musik Dalam Menulis
Kenapa minat baca masyarakat indonesia rendah ?
Bramma Aji Putra
Sumber : http://www.hipwee.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar