Hidup Sehat Dalam Ber-Islam
Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA.
Islam adalah agama yang sangat memperhatikan hidup sehat. Secara umum, sehat menjadi sistem dalam Islam. Kata-kata ashihatu berarti
sah atau sehat secara umum adalah diantara tujuan dari ajaran yang
diatur dalam Islam. Islam adalah agama yang sah dan sehat. Sistem
kehidupan yang diatur dalam Islam berdampak kepada sah ibadah dan sehat
kehidupan dalam beragam aspeknya. Maka asshihatu dalam artikhusus yakni kesehatan sebagai diantara hikmah atau pengaruh diterapkannya ajaran Islam.
Kesehatan merupakan aset utama seorang Muslim untuk bisa melaksanakan
tugas penghambaannya kepada Allah SWT secara maksimal. Muslim yang sehat
lebih mudah melakukan ibadah dan memperbanyak amal saleh ketimbang yang
sakit. Ibadah yang dilakukan seringkali tidak bisa maksimal baik secara
kualitas maupun produktivitas jika kondisi fisik sakit. Sebagai contoh,
orang yang sehat fisik lebih mudah dan maksimal dalam menjalankan
ibadah haji ketimbang yang sakit. Kesehatan fisik diantara faktor yang
bisa mempengaruhi kualitas dan kuantitas amal seseorang.
Secara umum aturan kesehatan dalam Islam dibagi kepada dua: pertama, bersifat preventif (pencegahan), kedua, bersifat kuratif (pengobatan).
Pertama, langkah pencegahan. Dalam hal ini, Islam telah menyiapkan
langkah dan sarana yang bisa berdampak kepada pencegahan dan
terhindarnya seseorang dari penyakit. Diantara langkah dan sarana
tersebut:
Pertama,melakukan zikir pagi dan petang
Zikir ini sebagai tameng bagi seorang Muslim. Zikir yang berisi doa
menjadi senjata bagi seorang Muslim, tidak hanya untuk melindunginya
dari bahaya, namun juga menjaganya dari penyakit. Rasulullah saw
berdsabda: “Doa itu senjata mukmin, tiang agama dan cahaya langit dan bumi”. (HR. Al-Hakim dari Ali bin Abi Thalib).
Diantara bentuk musibah adalah terserang penyakit, dan dengan senjata
doa, seorang Muslim membangun perisai diri dari segenap musibah. Ibnul
Qayyim berkata: “Jika perisai doamu lebih kuat dari musibah, ia akan
menolaknya. Tetapi jika musibah lebih kuat dari perisai doamu, maka ia
akan menimpamu, namun doa itu sedikitnya tetap akan mengurangi efek
musibah tersebut. Adapun jika perisai doamu seimbang dengan kekuatan
musibah, maka keduanya akan bertarung”. Sebagaimana jauh sebelumnya, Rasulullah saw sampaikan: “Tidak
ada gunanya waspada menghadapi takdir, namun doa bermanfaat dalam
menghadapi takdir, sebelum dan sesudah ia turun. Dan sesungguhnya,
ketika musibah itu ditakdirkan turun (dari langit), maka ia segera
disambut oleh doa (dari bumi), lalu keduanya bertarung sampai hari
kiamat”. (HR. Ahmad, Al-Hakim, Al-Bazar dan Ath-Thabrani). Maka,
seperti perkataan Ibnul Qayyim, doa memiliki kekuatan yang membuatnya
menjadi “musuh musibah”.
Zikir pagi dan petang dengan kehendak Allah mampu menjaga hamba dari
musibah, kejadian dan peristiwa buruk serta penyakit. Rasulullah saw
bersaba dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Khubaib, beliau
bersabda kepada khubaib:‘katakanlah’. Maka khubaib bertanya: “Wahai
Rasulullah apa yang aku katakan?” Rasul bersabda: “katakanlah Dialah
Allah Tuhan yang satu, dan surat al-mu’awwidzatain (al-falaq dan annaas)
di petang dan pagi hari, masing-masing tiga kali, itu sudah cukup untuk
melindungimu”. (HR. Abu Dawud).
Dalam hadits lain yang diiwayatkan Utsman bin Affan, beliau berkata: “Aku
mendengar Rasulullah saw bersabda: “Siapa yang membaca sebanyak tiga
kali bismillaahilladzii laa yadhurru ma’asmihii syai’un fil ardhi walaa
fissamaa’i wa huwassamii’ul ‘aliim (dengan membaca nama Allah apapun
yang ada di langit dan bumi tidak bisa mendatangkan madharat (bahaya),
dan Dia Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui), dia tidak akan
tertimpa keburukan yang datang secara mendadak hingga pagi hari, dan
siapa yang membacaranya di pagi hari, ia tidak akan tertimpa keburukan
yang datang secara mendadak hingga petang hari”. (RHR
HR. Abu Dawud).
Kedua, memakan kurma sebanyak tujuh butir di pagi hari
Diriwayatkan dari Sa’ad bin Abi Waqash, Rasuullah saw bersabda: “Siapa yang memakan tujuh kurma ‘ajwa setiap pagi hari, ia tidak akan terkena racun dan sihir”. (HR. Bukhari). Syeikh Abdullah bin Baz rahimahullah mengatakan: “hal itu cukup dengan memakan kurma jenis apa saja, dan tidak mesti kurma nabi (‘ajwaa)”.
Ketiga,aktivitas atau kegiatan riil untuk menjaga diri dari penyakit
Langkah ini bisa dilakukan dengan sikap sederhana atau juga
menyedikitkan makan dan minum. Karena kegiatan tersebut bisa
mendatangkan kesehatan, ketekunan, kekuatan fisik dan akal. Imam Ali bin
Husein pernah berkata: “Allah SWT telah menghimpun seluruh kaedah
kesehatan dalam separuh ayat Al-Qur’an yang berbunyi: “Makanlah,
minumlah dan janganlah kalian berlebih-lebihan”. (QS. Al-A’raaf:
31). Dalam penjelasan yang lebih detil Rasulullah saw menggambarkan
pengaturan yang dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Miqdam
bin Ma’dikarib sebagai berikut: ““Tidaklah seorang anak Adam
memenuhi wadah yang lebih buruk dari perut. Cukuplah anak Adam makanan
(dalam redaksi Ibn Majah “suapan-suapan kecil”) yang menegakkan tulang
punggungnya. Jika harus lebih dari itu maka sepertiga makanan,
sepertiga minuman dan sepertiga udara.” (HR at-Tirmidzi, Ibn Majah, Ahmad, Ibn Hibban dan al-Hakim).Para
Sahabat melaksanakan perintah Rasul tersebut sehingga menjadi tradisi
bagi mereka. Umar bin Khattab mengatakan: “Kami adalah kaum yang tidak
kecuali jika merasa lapar, dan kami makan tidak sampai kenyang”.
Secara medis sudah sejak lama hal tersebut diakui. Al-Harits bin Kaladah yang dijuluki dengan dokter Arab berkata: “Perut adalah rumahnya berbagai penyakit, dan menyederhanakan makan dan minum adalah pangkal segala obat”. Dalam hadits lain rasullah saw bersabda: “Pangkal segala obat adalah menyedikitkan makan dan minum”.
Langkah kedua adalah pengobatan (kurativ). Langkah ini bisa dilakukan dengan beberapa cara berikut:
Pertama, Penyembuhan dengan tawakkal yang kuat kepada Allah
Meyakini bahwa Allah SWT adalah Zat yang menyembuhkan segala penyakit
diiringi persangkaan baik kepadaNya menjadi penawar yang efektif untuk
kesembuhan sebuah penyakit. Tawakkal yang kuat kepadaNya bisa
menghadirkan kekuatan dan energi yang pada selanjutnya berpengaruh
kepada kesembuhan. Sikap yang dicontohkan Nabi Ibrahim: “Dan jika aku
sakit, Dialah Allah yang manyembuhkan”. (Asyu’araa’: 80). Contoh
tawakkal yang ditunjukkan Abu Bakar ketika terkena penyakit, ia ditanya:
“Engkau tidak pergi ke dokter?” Beliau menjawab: “Dokter sudah
melihatku”. Apa yang disampaikan dokter kepadamu? Jawab Abu Bakar:
“Sesungguhnya apa pasti adakan apa yang aku kehendaki”. Secara medis,
tawakkal dan yakin kepada Allah menjadi kekuatan dan energi yang bisa
merangsang kesembuhan seseorang pasien.
Kedua, penyembuhan dengan doa
Langkah ini seperti sebelumnya termasuk dalam pembahasan langkah
pencegahan, yang disebutkan pada poin pertama tentang membaca zikir dan
doa. Doa bisa berfungsi sebagai langkah pencegahan sekaligus
penyembuhan. Rasulullah saw pernah menyampaikan: “Tidak ada gunanya
waspada menghadapi takdir, namun doa bermanfaat dalam menghadapi takdir,
sebelum dan sesudah ia turun. Dan sesungguhnya, ketika musibah itu
ditakdirkan turun (dari langit), maka ia segera disambut oleh doa (dari
bumi), lalu keduanya bertarung sampai hari kiamat”. (HR. Ahmad, Al-Hakim, Al-Bazar dan Ath-Thabrani).
Ketiga, pengobatan dengan ruqyah syar’i yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah.
Allah SWT berfirman:“dan kami turunkan dari al-qur'an suatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang orang yang beriman”. (QS. Al-Israa’: 82).
Diriwayatkan bahwa Malaikat Jibril pernah meruqiyah Nabi saw. Abu Sa’id
Al-Khudri berkata bahwa Jibril mendatangi Nabi saw dan bertanya: “Wahai
Muhammad, engkau sedang sakit?” Nabi menjawab: “Iya”. Jibril membaca:
“bismillaah arqiik, min kulli syai’in yu’dziik, min syarri kulli nafsin
au ‘ainin haasid, Allahu yasyfiik bismillaah arqiik”.(HR. Muslim).
Dalam hadits yang diriwayatkn Aisyah ra dan para Sahabiyat:”Sesungguhnya
Nabi saw menjenguk sebagian keluarganya yang sakit, mengusap mereka
dengan tangannya yang kanan sambil berdoa: “Allohumma rabbannaas
adzhibilba’sa wasyfi antasyaafii laa syifaa’a illaa syifaa’uka syifaa’an
laa yughoodiru saqoman”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Keempat, penyembuhan dengan qiyamullail dan tahajjud
Rasulullah saw secara gamblang menjelaskan penyembuhan cara ini dalam hadits: “Hendaknya
kalian melakukan qiyamullail karena itu adalah kebiasaan orang saleh
sebelum kalian, ibadah yang mendekatkan kuhan kalian kepada Tuhan
kalian, menghapus dosa-dosa, mencegah perbuatan maksiat dan mengusir
penyakit dari jasad”. (HR. Muslim).
Kelima, pengobatan dengan bersedekah
Sebelum beredar kisah dan fakta nyata tentang sedekah yang bisa menjadi
sebab datangnya kesembuhan bagi seseorang pada masa kini, jauh
sebelumnya fakta tersebut telah ada sebagaimana dikisahkan oleh Ibnu
Syaqiq, beliau berkata: Aku mendengar Abdullah bin Mubarok yang
ditanya oleh seorang fulan yang terserang penyakit dengan darah yang
terus keluar dari dengkulnya sejak tujuh tahun yang lalu, dan selama itu
ia telah berobat ke beberapa dokter namun belum berbuah kesembuhan.
Maka Abdullah bin Mubarok berkata kepadanya: “Pergilah dan galilah sumur
di tempat warga yang membutuhkan air. Semoga keluar air dari sumur
tersebut, dan darahmu tidak keluar lagi. Maka fulan tersebut
melaksanakan anjuran beliau , kemudian ia sembuh”.
Itulah bukti dari pesan yang pernah disampaikan Rasulullah saw dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Umamah Al-Bahili: “Obatilah orang-orang yang sakit pada kalian dengan sedekah”.(HR. Tabrani).
Keenam, pengobatan dengan madu, habah saudaa’ dan air zam-zam
Selain dianggap sebagai pengobatan islami, sebelumnya di Indonesia
pengobatan dengan madu lebih dikenal sebagai pengobatan alami. Namun,
sesungguhnya jauh sebelumnya Rasulullah saw telah menerangkan tentang
pengobatan dengan madu ini. Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri, bahwa
seseorang datang kepada Rasulullah saw mengadukan tentang saudaranya
yang mengeluh karena sakit perut. Maka Rasul berkata kepadanya: “Berikan
minum madu kepadanya”. Kemudian datang kedua kali, dan Rasul menjawab
sama, kemudian datang ketiga kalinya, dan jawaban Rasul sama. Kemudian
ia datang lagi dan berkata: “aku sudah melakukannya wahai Rasul”. Maka
Rasul mengatakan: “Allah SWT benar dan yang salah perut saudaramu”.
Rasul berkata kembali: “Beri minum madu”. Ia melaksanakannya, dan fulan
tersebut sembuh”. (HR. Bukhari).
Masih banyak tata cara berobat islami, seperti yang sudah banyak
tersebar yaitu pengobatan dengan hijamah seperti dijelaskan dalam hadits
Rasulullah yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas, dan cara lainnya.
Wallahu a’lam
Sumber : http://www.ikadi.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar