Hai ... hai ... jumpa lagi ....
Maafkan ketidakhadiranku selama beberapa hari ini. Selain penyakit malas menyerang, juga disibukkan oleh tumpukan naskah yang minta dibelai.
Kali ini siapa ya yang akan kita korek kehidupannya? Aha, kocok arisan dulu. Jreng ... jreng ...
Oh No!!! masa yang keluar namanya si Yayah?! ahahaha No No No.
Kocok lagi ah. Jreng jreng ... Yippie, inilah dia ... Mau tahu? Apa mau tempe?
Heheh kali ini yang kita ajak ngobrol adalah seorang ibu muda yang lagi giat-giatnya belajar menulis di Kelas Online LRF. Ssst ... setahuku mbak ini agak susah diajak ngobrol. Aku sempat serem soalnya pernah baca krisannya di salah satu postingan sahabat LRF, mbak ini agak pedes juga loh. Tapi mari kita coba yuk kenali lebih dalam lagi seorang Jeli Manalu. Ada yang belum kenal? Yuuuk
Mbak Jeli, banyak nih yang belum kenal siapa sih seorang
Jeli Manalu, bisa cerita sedikit gak
tentang diri Mbak?
Aku?
Hehe… Aku hanya mau dan akan mau menceritakan tentang diriku kepada seseorang
yang mungkin tidak terlalu aktif melihatku. Maksudku-- hanya menceritakan yang
pantas aku ceritakan dan menyimpan segala yang pantas untuk disimpan. Tidak
dengan mudah mengutarakan isi-isi di hati, mungkin kategori makluk yang tidak
terlalu lihai dalam mengutarakan sebuah keinginan. Aku punya prinsip tidak mau terlalu
dekat dengan siapa pun. Semua biasa-biasa saja. Sebab terkadang beberapa orang
yang terlalu dekat, akan memiliki kerumitan-kerumitannya sendiri. Kau akan
merasa rumit untuk ikut-ikutan bahagia. Kau akan merasa rumit untuk menyamai
kesetaraan. Mungkin kau akan berhutang ketika teman-temanmu mengajakmu
berbelanja, dan sebagainya dan sebagainya. Ibarat kayu yang tumbuh dalam wadah
yang sama, ketika angin melanda, maka gesekannya akan menimbulkan bunyi.
Wuih mantap nih, perumpamaannya
Aku
lebih cenderung ke keadaan apa adanya. Keadaan yang sesungguhnya. Keadaan yang
semestinya.
Serius
amat ya, Mbak?
gak-gak, malah seneng serasa berbicara tentang filsafat
hidup
Aku ini tipe
manusia yang gampang moodi. Ummm, cukup galak tapi suka humor, terkadang
cerewet, Tidak suka teh manis tapi suka camilan manis. Aneh gak?
Wah, aku jangan lama-lama nih di sini, bisa-bisa aku
dijadikan camilan juga, aku kan manis wkwkwk
Aku juga punya
masalah dengan tidur. Lebih suka mendengar musik dari pada menonton. Film yang
disukai adalah film-film Korea, Thailand, barat seperti film kolosal-romance,
keluarga dan tidak tentang robot-robot atau alien. Dan tidak pada
sinetron-sinetron kita.
Wah, sama kita Mbak. Sinetron lebih banyak nonton aku
ketimbang aku menontonnya
Memiliki
seorang anak perempuan berusia 2,5 tahun yang kata orang-orang sama centilnya
dengan aku. Hahahhaah… Penyuka warna-warna natural: Hitam, putih, cream, hijau,
warna-warna tanah. Tidak terlalu suka ngumpul-ngumpul Diam-diam suka
mempelajari orang-orang. Diam-diam suka merhatikan fasion korea Diam-diam ….
Hah, terkadang aku pendiam.
Glodak, ujungnya itu lohhh … Hahhaha ya ampun, detail banget
... ternyata ... Mbak Jeli super juga. Aku mengenal mbak Jeli dari KbM, nah
yang jadi pertanyaanku, sejak kapan suka menulis?
Aku
juga mengenalmu di KBM, Mbak. Orang-orang bilang fansmu banyak. Yang terakhir
kulihat dirimu sangat perhatian dengan orang-orang. Pun kulihat dirimu
seseorang yang murah hati. Kau seorang dermawan di zaman ini. Salut padamu!
Hiyaaa, malah nyalutin aku hahhaa
Bicara
soal menulis, mungkin sejak SD secara tidak sadar sudah menyukainya tapi tidak
ada yang mengarahkan barangkali. Rumitnya kehidupan mungkin. Lalu ketika SMA
tepatnya SMK, Mbak aku jurusan desain grafis gitu. Belajar mengenai sejarah
percetakan, tentang johannes guttern barg. Cetak datar, cetak tinggi dan
sebagainya, akhirnya ketika kelas dua aku magang si salah satu media cetak
swasta di Medan selama 6 bulan. Dikarenakan medianya termasuk baru beberapa
tahun berdiri, mungkin belum banyak penulis yang mengirimkan karyanya ke sana.
Lalu, sekretarisnya bilang, "Adek-adek, jika ada diantara kalian yang mau
mengisi rubrik.." apa ya, aku lupa sebab udah 14 tahun lalu, silahkan
ditulisan, nanti diedit langsung sama bapak-bapak di bagian redaktur." Ya
udah Mbak, aku coba. Kalau tidak salah waktu itu mungkin ada nulis 3 atau
berapa cerpen ya dan beberapa puisi. Bahagianya, Mbak. waktu itu ada seseorang
yang tidak dikenal ngirim surat padaku. Senang donk, Mbak. Itu kan fans
namanya.
Waahhh kereeennnn Ihh gak bilang2 kalo pernah di percetakan,
kan bisa bantuin di LovRinz gituuu
Itu
udah lama, Mbak. Aku udah lupa. Sudah kutinggali sejak tahun 2009
Tapiiiiiiiiiiiii
sejak dari situ, sejak aku tamat hingga bertemu dengan KBM akhir tahun 2013,
selama itu pula aku bagai di telan tanah. Aku sudah tidak meneruskannya. Aku
tidak memahami apa tujuan dari menulis itu. Apakah aku bisa makan dari menulis,
apa bisa melanjutkan hidup dari menulis?
Wuih … pernyataannya bikin jleb banget. Apakah aku bisa
makan dari menulis? Apa bisa melanjutkan hidup dari menulis? *mikir keras
Oh ya, aku beberapa kali baca tulisan-tulisan Mbak Jeli,
*menurutku daya imajinasi mbak itu tinggi dan punya ruang sendiri yang kadang
sulit untuk ditembusi. Siapa sih atau dari mana sih mbak belajar menulis yang
kerap ada lompatan2 yang baru bisa kupahami setelah 2-3 kali baca? Seperti
teka-teki tulisan mbak ituu
Siapa
ya? Kuharap masih banyak lagi yang akan aku sukai dari kawan-kawan sekalian.
Pada dasarnya aku lebih tertarik membaca buku-buku nonfiksi walau sesungguhnya
buku yang kubaca masih jauh dari kata cukup. Selain itu aku juga suka membaca
artikel tentang kesehatan, Mbak. Menurutku tulisan fiksi sekalipun di dalamnya
itu tidak semata-mata untuk hiburan, selain pesan tentunya, menurutku akan
lebih baik apabila tulisan itu mampu menambah ilmu pengetahuan bagi pembacanya.
Misalnya jika dalam kisah tentang seseorang yang sakit kanker, sebutkanlah
terapi-terapinya. Hal-hal yang harus kau hindari.
Dari
yang sudah kubaca, buku Andrea Hirata, Mira W. cerpen, Norman Erikson Pasaribu,
Pringadi Abdi Surya, Seno Gumira, Putu Wijaya, dan beberapa yang aku tidak
hapal nama mereka
Tapi,
Mbak, aku adalah seseorang yang kurang tekun. Terkadang tanpa sebab atau juga
kadang-kadang memiliki sebab, tulisan-tulisanku menjadi tidak kusukai. Biasanya
terjadi, ketika aku melihat tulisan-tulisan yang bagus.
Kalau menulis, mbak Jeli ini tipe orang moody-an atau
enggak? Kalau iya, gimana cara mbak mengalahkan 'kemalasan' dalam menulis?
Terkadang
masalahnya bukan hanya di Mood aja sih, Mbak. Misalnya, sedang tekun menulis
lalu orang-orang datang berbelanja padahal ide lagi di ujung jari nih. Lalu,
setelah meneliti diri sendiri, kemungkinan tipe seperti diriku adalah, jangan
pernah meninggalkan tulisan selagi panas karena jika menjadi dingin ya itu,
sama dengan nasi yang menjadi dingin. Kau tahu kan, aku tidak akan mungkin
menyukai nasi yang sudah dingin
heheh ya, perumpamaan yang cocok. Siapa sih yang suka
makanan dingin heheh
hahahhah,
minuman-minuman dingin saja sangat jarang aku konsumsi. Hahaha
Wah, kalau itu mah aku doyan … apalagi
dingin, dan manis, cocok banget untuk cuaca
panas seperti di Cirebon ini
hehehe
nah berhubung waktu mbak banyakan di toko--pasti keganggu
sama pembeli, ada resep jitu gak buat mensiasati keadaan seperti itu?
Pokonya
tulisan itu, kalau bisa harus kuselesaikan dalam dua tiga hari. Tapi ada juga
lebih dari seminggu, tapi ya itu sudah kehilangan soulnya. Tapi Mbak perlu kau
ketahui bahwa hingga kini belum ada karya yang kuciptakan dengan target. Sempat
ikut dalam kolaborasi novel sekitar 4 bulan lalu, tapi yah itu, mengambang.
Jujur, kepala menjadi pening, dan rada prustasi.Sebab
pengalamanku menulis karena terpaksa, tertekan atau ambisi pada keadaan
tertentu malah akan membuat otak tidak dapat memproduksi hormon-horman
imajinasi. Saat ini, hanya fokus belajar dulu saja. Belajar merangkai kata,
belajar menciptakan kata-kata sendiri, belajar membuar perumpamaan-perumpaan
(metafora)...
wahhh, butuh perjuangan ektra ya buat jadi penulis beneran.
Belajar, dan tak pernah berhenti.
Pernah ada kendala gak dengan suami atau keluarga, saking
hebohnya mbak dengan dunia menulis?
Suami? Udah pasti bangetlah, Mbak. Pernah, oh
bukan, tapi sering bahkan cukup sering ia memberiku gelar baru si wanita gila,
kepala batu. Ketika kukatakan, butuh waktu lima tahun untukku supaya
benar-benar dapat menuliskan sesuatu. Dia menjawab, "jangan habiskan
waktumu untuk itu". Terkadang beliau mengatakan lagi, "menjadi
penulis tidak akan membuatmu kaya." Tapi aku tahu, di sana ketika bertemu
dengan teman-temannya bahkan ibu-ibu satu kumpulan kami, dia sering merasa
bangga, di saat istrinya mendapat pujian."
Beliau sangat tidak sabar menanti-nantikan
karyaku yang sungguh-sungguh muncul, katakanlah di koran. Tapi aku tidak
terlalu mengambil pusing, aku malah giat memperkaya ilmu. Sebenarnya, dia hanya
mengkritik ketika aku berlama-lama di depan layar. Mungkin bentuk perhatian
kali ya, Mbak?
Hehhehe,
iya mbak. Itu bentuk perhatian nyata dr suami. Sebelas dua belas lah sama
suamiku hahhha. Butuh waktu untuk ia benar2 melepaskan kita buat menulis segila
mungkin buat kita hahhaha
Aku yakin
kok, dengan modal imajinasi yang mbak punya, media cetak akan membuka pintu
buat tulisan-tulisan mbak
Pertanyaan
penutup deh sekalian. Ada pesan gak buat sahabat LovRinz yang juga memiliki
impian yang sama seperti mbak, dalam menulis?
Apa sudah bisa memberi pesan ya, Mbak. Sebab
merasa belum jadi apa-apa. heheh
Mungkin yang bisa kusampaikan sejauh yang sudah
aku alami adalah: - Kenali dulu dirimu. Tentu seseorang pergi dikarenakan
sebuah tujuan tertentu. Seseorang yang berhasil versiku adalah seseorang yang
tahu apa yang dia mau.
Kemudian, ini termasuk saran untukku sendiri
yaitu: tangga-tangga tertinggi kau dapatkan setelah melewati tangga-tangga
pertama. Ketika kau ingin melompat dengan segera ke ketinggian-- bukan tidak
mungkin kau akan terjatuh--lalu kakimu akan remuk
kereeen.
*bercermin juga deh aku jadinya.
Dari
obrolan kita, aku mengenal mbak Jeli yang lain. Selama ini kesanku mbak Jeli
itu rada kritis, agak galakan juga. Hehhehe ternyata mbak Jeli ramah, smart
juga. Kata-kata yang keluar itu penuh hikmah. Ini kayaknya cocok buat dijadiin
teman tukar pikiran. Hehehhe
Satu pertanyaan
terakhir boleh yaaaa
Seberapa
besar harapan mbak atas anugerah talenta menulis yang diberikan pada diri mbak?
Ada target gak?
Aku orangnya termasuk detail juga, Mbak. kadang
humble, kadang-kadang juga kiding-kiding. hahah
Harapan? Harapan adalah ketika kita melakukannya
maka ada banyak harapan di sana. Sejauh ini target sih belum ada.
Hanya saja akhir-akhir ini setelah makin menyimak
buku-buku, mencoba merenungi diri--Memegang kitab dengan jantung
berdetak--menghubungkan yang satu dengan yang lain, tentu aku merasa, begitu
banyaklah kelemahanku. Lalu timbul pertanyaan "Maka benarlah, jika dulu
orang-orang sebelum kita tidak rela merelakan hidupnya untuk mencatat segenap
kejadian semesta-- bisa jadi kita yang sekarang bukanlah kita"
T.T aku selalu
takjub dengan kalimat-kalimat mbak Jeli
seriusan. Jempol
deh mbak.
Ini berkatmu mbak, Rina. Setiap orang akan menyelamatkan
yang lainnya. Setiap orang akan mempengaruhi yang lainnya. 4 jempol buatmu
Aih, mbak
jeli bisa aja ... hehehe
eh satu
lagi ... hehehe *dari tadi satu lagi satu lagi ...
Satu hal yang perlu kamu ketahui, Mbak Rina.
Basicly aku cukup pemalu. Terkadang aku suka menyendiri untuk mendengarkan
musik-mencatatnya-lalu menyanyikannya...
Terkadang aku juga suka belajar memasak
wah ...
Sama lah ,... aku juga pemalu. Heheheh
Eh aku
malah gak bisa masak. BAgi resep dunk... *aku suka malu kalau hari-hari
tertentu Yayah tiba-tiba sibuk sendiri di dapur. Maasakannya gak kalah dari
masakan resto ... T.T
Aku merasa cukup beruntung, sepertinya
orang-orang yang aku temui semunya orang berhati baik.
Hah? Lho, suamiku juga suka protes tentang
masakan. Bahkan menurutku beliau tidak akan mau menu yang itu-itu saja. Ada
kalanya dia memasakkan Mie lalu membaginya untukku. Terkadang dia sibuk
mengulek cabai di dapur. ahahha
hahahha ya
ampun suaminya samaan. kayaknya kalo dua suami kita ngumpul pada perang ulekan
di dapur hahaha
eh tadi aku
mau tanya 1 lagi hahah sampe lupa. Dari sekian banyak genre, manakah yang
begitu menggambarkan diri mbak Jeli?
Genre itu apa ya, Mbak? Apakah itu sejenis
penghangat tenggorokan?
Mungkin dewasa ya, Mbak?
Ahhahaha
itu jenis tulisan mbak. Lebih suka jenis tulisan yang bagaimana?
Tulisan itu yang bagaimana ya? Sering dengar
tentang genre tapi tidak begitu memperhatikan. Mungkin yang Romantic-Family
Apakah kepalaku sedang tidak menyimak?
Hehheheh
nah itu mungkin ya. Hihihi tampaknya si mbak sudah mulai mengantuk deh.
Oke deh kayaknya cukup segitu untuk wawancaranya. Makasih ya mbak Jeli atas
waktu yang sudah diberikan. Sambil jaga-jaga toko, nyambi ngurus anak, dan
ditinggal bobo juga hihihi. Sukses selalu untuk mbak Jeli, semoga dalam waktu
dekat bisa diberi hadiah istimewa sama suami karena karyanya ada yang masuk Koran.
Aamiin.
Amin.
 |
Jeli Manalu's Family |
 |
Mbak Jeli ini fotogenik loh ... *bakat jadi model |
Yang mau kenalan lebih dekat, atau sekadar sharing dengan mbak yang ajib banget kata-katanya, silakan ketuk jendela FBnya ya.
*sekarang mau lanjut ngebelai naskah-naskah lagi.
Sampai jumpa di Ow Ow Siapa Dia? edisi selanjutnya.