Melihat keceriaan burung-burung di sangkar. Berpikir keras ... Tidak
ada gundah, sebab burung-burung itu selalu berkicau dengan riang dan
merdu. Sangat luar biasa, menurutku. Makan tinggal makan, tiap hari ada
menu spesial, buah atau sayuran. Minum pun begitu. Kadang diberi larutan
yang gambarnya tiga kaki itu, agar suaranya merdu. Kadang pula diberi
madu. Pokoknya dijamin sehat dan bergizi.
Ajaibnya, burung-burung itu tahu bagaimana harus berterima kasih. Alih-alih kesal karena dikurung dan tak bisa terbang bebas layaknya burung lainnya, mereka justru memberikan suara terbaiknya. Nyaris tak pernah melewatkan konser burung, dan selalu pulang membawa penghargaan.
Ajaibnya, burung-burung itu tahu bagaimana harus berterima kasih. Alih-alih kesal karena dikurung dan tak bisa terbang bebas layaknya burung lainnya, mereka justru memberikan suara terbaiknya. Nyaris tak pernah melewatkan konser burung, dan selalu pulang membawa penghargaan.
Pagi ini, aku dikejutkan dengan kabar seorang sahabat. Bosan di rumah.
Ingin kembali merasakan dunia luar. Seperti masa mudanya, keliling
Indonesia bahkan sampai ke luar negeri. Suaminya yang pejabat itu tidak
memperbolehkan ia merasakan kegembiraan masa mudanya. Konon katanya, ini
itu pun dilarang.
Aku heran saja, padahal, apapun yang ia mau, pasti dituruti suami. Dimanja bak tuan putri. Baru saja ia mengirimkan pesan, "Ingin sembunyi di rumahku."
Aku tertawa ... bukan mengejeknya, tapi ... apalah rumahku ini bila dibanding dengan kediamannya yang megah layaknya istana.
Dia tetap ngotot ingin merasakan kebebasan dari dinding yang kokoh namun membuat hatinya rapuh.
"Aku ingin rumahku ramai canda tawa anak-anak, lagi ..., seperti di rumahmu, Rin ..."
Kata-katanya terakhir itu membuatku pilu. Bagi wanita, apa saja boleh hadir, namun, kekayaan yang paling diinginkan adalah hadirnya seorang anak yang tentu saja obat dari segala kebosanan.
Biar bagaimana juga, wanita bukan burung. Seekor lovebird mampu bersuara merdu dan mendapat juara A, tanpa pasangannya, namun, wanita tanpa kehadiran buah hati, kebanyakan akan bersedih. Nyanyiannya lagu pilu.
Sahabatku, tak tahukah kau, buah hatimu menyanyikan lagu suka untukmu di Surga. Ia tak ingin kau bersedih. Datanglah ke rumahku bila kau ingin ...
Mungkin kau akan kembali riang mendengarkan nyanyian anak-anakku diiringi kicauan burung.
Aku heran saja, padahal, apapun yang ia mau, pasti dituruti suami. Dimanja bak tuan putri. Baru saja ia mengirimkan pesan, "Ingin sembunyi di rumahku."
Aku tertawa ... bukan mengejeknya, tapi ... apalah rumahku ini bila dibanding dengan kediamannya yang megah layaknya istana.
Dia tetap ngotot ingin merasakan kebebasan dari dinding yang kokoh namun membuat hatinya rapuh.
"Aku ingin rumahku ramai canda tawa anak-anak, lagi ..., seperti di rumahmu, Rin ..."
Kata-katanya terakhir itu membuatku pilu. Bagi wanita, apa saja boleh hadir, namun, kekayaan yang paling diinginkan adalah hadirnya seorang anak yang tentu saja obat dari segala kebosanan.
Biar bagaimana juga, wanita bukan burung. Seekor lovebird mampu bersuara merdu dan mendapat juara A, tanpa pasangannya, namun, wanita tanpa kehadiran buah hati, kebanyakan akan bersedih. Nyanyiannya lagu pilu.
Sahabatku, tak tahukah kau, buah hatimu menyanyikan lagu suka untukmu di Surga. Ia tak ingin kau bersedih. Datanglah ke rumahku bila kau ingin ...
![]() |
from gugel |